Eling Sangkan Paraning Dumadi Lan Larangan MOH LIMO


Eling sangkan paraning dumadi dalam falsafah jawa mengatakan bahwa manusia itu harus mengerti dari mana dia berasal dan kemana dia harus kembali pulang. Jangan sampai keliru memaknai. Disini kembali adalah kembalinya manusia ketempat asalnya atau kembalinya manusia kepada Sang Pencipta. Bukan kembalinya manusia pulang kerumahnya masing masing. Bisa saja kita artikan seperti ketika anak-anak berangkat sekolah dia harus mengerti tujuannya sekolah dan harus bisa paham jalannya pulang. Ketika seseorang berangkat bekerja, dia harus memahami tujuan kerja dan harus tahu jalan pulang kembali untuk keluargnya.
Dalam Surat al-Anfal ayat 53 dijelaskan sebagai berikut : 

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah nikmat sesuatu kaum sehingga mereka merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. 

Manusia hidup didunia itu ibarat mampir ngombe. Didunia ini penentu surga dan neraka. Tak ada takdir yang katanya seseorang akan masuk ke neraka atau ke surga. Kedua imbalan yang diterima orang manusia itu karena akhibat dari apa yang diperbuat.

Dalam pemaknaan takdir ini juga jangan sampai keliru. Segala takdir itu karena ulah dari perbuatan manusia itu sendiri. Contoh hal kecil adalah ketika seseorang tidak mandi, maka orang lain merasa risih berada disampingnya. Itu bukan karena takdirnya tidak disukai orang lain, tetapi karena dia bau sehingga orang lain tidak suka berada disampingnya. Lain hal ketika seseorang tidur larut malam ini efeknya adalah paginya dia bisa bangun kesiangan, terlambat kerja, atau mungkin kondisi badannya akan menjadi kurang fit. Itu semua adalah sebab akhibat, segala sesuatu pasti sebab akhibat atau oran jawa sering mengatakannya dengan karma.

Maka dari itu sebagai manusia kita harus tau arah tujuan kita, tahu jalan kemana kita akan kembali, menjalani semua apa yang diperintahkan Gusti Allah, dan menjauhi larangannya. Larangan tersebut seperti WASIAT SUNAN AMPEL yaitu MOH LIMO atau dalam bahasa Indonesia adalah Tidak mau Lima yang merupakan perilaku tercela yang sangat tidak diperbolehkan karena menmbulkan kemudharatan. Moh Limo tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Moh Main atau tidak mau berjudi yaitu segala bentuk perjudian, baik perjudian kelas bawah maupun perjudian kelas atas. Karena bangsa kita tidak akan pernah mendapatkan keberkahan hidup jika perjudian menjamur bebas di sana-sini.
  2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan yaitu tinggalkan segala bentuk minum-minuman keras yang hanya membawa kenikmatan sesaat, tetapi kemudhorotan yang akan ditimbulkannya jauh lebih besar dari manfaatnya.
  3. Moh Maling atau tidak mau mencuri yaitu segala bentuk pencurian, termasuk di dalamnya korupsi, kolusi, suap-menyuap dan sebagainya harus segera ditinggalkan, jika tidak malapetaka sosial akan semakin marak dalam kehidupan bangsa kita.. Selain itu begitu maraknya korupsi dari birokrasi paling bawah sampai birokrasi teratas menyebabkan bangsa kita akan semakin terpuruk.
  4. Moh Madat atau tidak mau menghisap candu, ganja, narkoba dan lain-lain yaitu menyalah gunaan narkoba adalah sumber kehancuran negara. Penyakit ini akan menghancurkan bangsa kita, apalagi pengguna terbesar narkoba adalah generasi muda. Jika hal ini terus dibiarkan, apa yang terjadi pada bangsa kita 10, 15, atau 20 tahun yang akan datang. Wallahu a’lam.
  5. Moh Madon atau tidak mau berzina/main perempuan yang bukan istrinya yaitu tinggalkan segala bentuk yang itu mengandung perzinaan maupun mendekati perzinaan. Diarus globalisasi yang begitu dahsyat telah banyak memberi pengaruh besar bagi menjamurnya segala bentuk prostitusi dan perselingkuhan. Kerusakan seperti ini sudah dianggap “biasa” oleh masyarakat kita.
Maka dari itu kita harus bisa memahami apa sejatinya hidup, kemana kita akan kembali, apa tujuan hidup kita, apa yang kita perlukan, dan apa yang harus kita lakukan. Semoga kita selalu diberi jalan untuk mengetahui semuanya. selalu diberikan hidayah oleh Allah atas segala apa yang kita lakukan.

Comments