Kehendak Hati

Oleh: Fandi Adi Purwoko

Hati memang begitu wataknya. Iya amat suka apapun yang ada di sekelilingnya. Ketika iya bersentuhan dengan sesuatu di sekelilingnya, hati serasa ingin sekali meluapkan kata-katanya. Seperti seakan dia punya mulut dan anggota tubuh lainnya. Hati amatlah pendiam. Sewaktu yang lainnya ngomong, dia hanya diam dan memperhatikan. Sungguh setia-nya hati dengan dirinya sendiri

Hati punya teman. Kehendak namanya terkadang dipanggil keinginan oleh kawannya. Temannya hati itu baik semua. Dia yang selalu mengajaknya bermain dikala rindu, sendu dan ceria. Dikala rindu hati teringat kehendaknya. Mereka saling ada rasa. Mereka berdua seakan punya hubungan yang spesial. Ketika bertemu mereka saling menyapa. Dengan perasaan senang mereka punya keinginan yang sama untuk suatu tujuan yang sama  juga. Sehingga rasa rindu menjadi sangat sempurna tanpa ada yang menganggunya.

Dikala sendu menyapa mereka berdua seakan enggan untuk kemana-mana. Maunya hanya dian saja sembari melamun membayangkan bintang yang tak kunjung mendampingi rembulan dikala senja. Terus begitu hingga malam membawa mereka berdua kearah fajar. Ketika sampai fajar, mereka berfikir sejenak dan saling bertanya, “kenapa kami gak seharusnya seperti fajar yang selalu mengejar pagi untuk meraih bahagia.” Dari situ kehendak hati merasa dirinya itu murka pada Sang Pencipta dan berfikir bahwa apa yang dilakukannya itu salah yang seharusnya adalah bahagia.

Dikala ceria kehendak hati datang dengan semaunya. Tak pandang perasaan hati yang sebenarnya. Kalau bisa ngomong mungkin hati itu mau berontak sama kelakuan kehendak hari yang semena-mena. Lebih tepatnya menasehati kali yaaa. Menggerakkan kehendak hati  untuk mencapai suatu kebahagiaan, mungkin disitu ujian terberat untuk suatu pilihan untuk bergerak atau tidaknya demi wujud nyata dari semua yang menjadi angan-angan setiap insan. Insan yang penuh dengan godaan dan pilihan.

Kehendak hati memang keterlaluan. Tapi kehendak hati tak perlu di hiraukan. Simpan di tempat yang suci sampai pada waktunya nanti dia keluar untuk hal yang pantas untuk dia terima sebagai dewa penolong. Bisa dibilang kehendak hati sama halnya dengan keinginan. Atau malah itu sama. Bias jadi… Keinginan untuk memilih seperti memilih orang yang engkao pilih untuk berbagi cerita dan suka cita bersama. hehehe.

Ngomongkan pilihan kok pas kaya kutipan quotes Presiden Jancukers Sujiwo Tejo, “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa.” Ahhh ngomong apa looooo cok. biarkanlah orang mau bilang apa yang penting madang cok. Madang toh juga termasuk pilihankan. hehehe. sudah jangan difikir dalam-dalam. eleng dhawuhe mbah Gus Dur: "Gitu Aja Kok Repot."

Comments