Versi cerita yang
lain tentang ini kelanjutan dari cerita pada artikel sebelumnya. Bujang Ganong
dipercaya adalah karakter yang mewakili Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam¬–salah
satu tokoh sakti sekaligus cendikia Majapahit–yang menggunakan seni
pertunjukkan reyog sebagai media kritik terhadap raja Majapahit waktu itu,
Brawijaya V Bre Kertabumi. Gaya pemerintahan Bre Kertabumi yang seolah didikte
oleh permaisurinya, digambarkan dengan seekor burung merak yang bertengger di kepala
harimau. Ki Ageng Kutu dalam kritiknya–melalui seni pertunjukkan
reyog–membangun karakter Bujangganong dengan segala sifat-sifat keperwiraan
yang mengabdi demi tanah air. Melalui seni pertunjukkan Reyog dan tokoh
Bujangganong dengan segala kualitas yang dimilikinya, Ki Ageng Kutu mencoba
menyampaikan kebenaran dengan kesederhanaannya sekaligus teladan dengan gerak
dan rasa yang konkrit.
Hingga
kemudian, Bujang Ganong tidak hanya sekedar menampilkan sebuah tontonan yang
atraktif dengan atraksinya yang menawan. tapi keteladanannya mengandung tuntunan
yang luhur, bahwa kualitas seseorang tidak di ukur dari penampilan fisik
semata. Kualitas karakter ini yang membuat Bujangganong memegang peranan
penting dan menjadi tokoh sentral dalam dramaturgi seni pertunjukkan Reog
Ponorogo.
Bujang Ganong dengan segala peran dan kualitasnya menawarkan
sebuah alternatif perenungan spiritual yang lembut, namun dalam keteladanan
yang pantas diapresiasi, dilestarikan dan di jiwai. Sebuah kearifan budaya
lokal yang mencoba bertutur tentang filosofi dan makna kesejatian hidup. Bujang
Ganong telah tampil ke meloncat dengan jauh kemasa depan yang melebihi
jamannya. Ditengah hiruk pikuk cerita fiksi tokoh dan karakter kepahlawanan
asing, Bujangganong mencoba menerobos ke pusat jantung modernitas yang
cenderung absurd.
Comments
Post a Comment