Bujang Ganong (Ganongan) Versi 2

Versi cerita yang lain tentang ini kelanjutan dari cerita pada artikel sebelumnya. Bujang Ganong dipercaya adalah karakter yang mewakili Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam¬–salah satu tokoh sakti sekaligus cendikia Majapahit–yang menggunakan seni pertunjukkan reyog sebagai media kritik terhadap raja Majapahit waktu itu, Brawijaya V Bre Kertabumi. Gaya pemerintahan Bre Kertabumi yang seolah didikte oleh permaisurinya, digambarkan dengan seekor burung merak yang bertengger di kepala harimau. Ki Ageng Kutu dalam kritiknya–melalui seni pertunjukkan reyog–membangun karakter Bujangganong dengan segala sifat-sifat keperwiraan yang mengabdi demi tanah air. Melalui seni pertunjukkan Reyog dan tokoh Bujangganong dengan segala kualitas yang dimilikinya, Ki Ageng Kutu mencoba menyampaikan kebenaran dengan kesederhanaannya sekaligus teladan dengan gerak dan rasa yang konkrit.
Hingga kemudian, Bujang Ganong tidak hanya sekedar menampilkan sebuah tontonan yang atraktif dengan atraksinya yang menawan. tapi keteladanannya mengandung tuntunan yang luhur, bahwa kualitas seseorang tidak di ukur dari penampilan fisik semata. Kualitas karakter ini yang membuat Bujangganong memegang peranan penting dan menjadi tokoh sentral dalam dramaturgi seni pertunjukkan Reog Ponorogo.
Bujang Ganong dengan segala peran dan kualitasnya menawarkan sebuah alternatif perenungan spiritual yang lembut, namun dalam keteladanan yang pantas diapresiasi, dilestarikan dan di jiwai. Sebuah kearifan budaya lokal yang mencoba bertutur tentang filosofi dan makna kesejatian hidup. Bujang Ganong telah tampil ke meloncat dengan jauh kemasa depan yang melebihi jamannya. Ditengah hiruk pikuk cerita fiksi tokoh dan karakter kepahlawanan asing, Bujangganong mencoba menerobos ke pusat jantung modernitas yang cenderung absurd.

Comments